ANALISIS FILM AIR MATA DIUJUNG SAJADAH BERDASARKAN KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES
DOI:
https://doi.org/10.36232/frasaunimuda.v6i1.191Keywords:
Analisis film, semiotikaAbstract
Konstruksi realitas yang ditampilkan dalam film tentunya sedikit banyak berakar 
pada realitas yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat tanpa kita sadari. Hal 
ini juga sering digambarkan dalam dunia perfilman. Penelitian ini dilakukan untuk 
mengetahui bagaimana disfungsi keluarga yang digambarkan dalam film “Film Air 
Mata di Ujung Sajadah.” Disfungsi adalah suatu keadaan di mana terjadi konflik 
dan perselisihan pendapat antara individu yang satu dengan individu yang lain 
sehingga menyebabkan hilangnya rasa kasih sayang, kehangatan kekeluargaan dan 
rasa hormat. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes yaitu 
mengkaji makna denotasi, konotasi dan mitos. Peneliti menganalisis 13 adegan 
yang berisi adegan tentang air mata di pinggir sajadah. Hasil penelitian 
menunjukkan bahwa representasi dalam film tersebut adalah air mata di ujung 
sajadah. Dalam "Film Air Mata di Tepian Sajadah" bercerita tentang tujuh tahun 
yang berlalu. Dalam film ini, Aqila menjadi pemeran utama yang baru mengetahui 
kalau anaknya masih hidup dan dirawat oleh Arif dan Yumna. Sepasang suami istri 
yang hanya mempunyai satu harapan untuk mempunyai anak. Setelah mengetahui 
keberadaannya, Aqila berangkat dari kehidupannya yang hampa di Eropa menuju 
kota Solo untuk mencari masa depan baru. Akankah Aqila tega mengambil Baskara 
yang sudah bertahun-tahun diasuh Arif dan Yumna? Memang ada daging dan darah 
di dalam Baskara, namun ada juga keringat dan air mata Yumna.
 
						 
							


